Artikel - sejarah - gambar lucu- tips dan trik - kata motivasi - download software

Pola Pendidikan Islam Masa Kerajaan Samudera Pasai

 

Setelah Sultan Al Malik Al Shaleh mangkat (698 / 1297), digantikan oleh putranya bernama Al Malik Al Zahir I yang memerintah tahun 1297-1326. raja ketiga adalah Al Malik Al Zahir II yang memerintah dari tahun 1326-1345 M.

Kerajaan Samudra pasai mengalami kejayaannya pada masa pemerintahan Al Malik Al Zahir II. Setelah beliau wafat digantikan oleh putranya yang bernama Mansur Malik Al Zahir dan seterusnya secara turun menurun.

Kerajaan Samudra Pasai adalah sebuah kerajaan maritime. Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritime ini tidak mempunyai basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran.

Kerajaan Islam Samudra Pasai berlangsung sekitar tiga abad (244 tahun), yakni dari tahun 1280-an sampai dengan 1524 M. Secara berturut-turut, kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh raja-raja / siltan dengan nama-nama sebagai berikut: Sultan Malik Al Shaleh yang memerintah setelah beragama Islam sekitar tahun 1280-1297 M, Muhammad Malik Al Zahir (1297-1326 M), Muhammad Malik Al Zahir (1326-1345 M), Mansur Malik Al Zhir (1345-1346), Ahmad Malik Al Zahir (1346-1383 M), Zaenal Abidin Malik Al Zahir (1383-1405 M), Nahrasyah (1402-? M), Abu Zaid Malik Al Zahir (?-1455 M), Muhammad Malik Al Zahir (1455-1477 M), Zaenal Abidin (1477-1500 M), Abdulah Malik al Zahir (1501-1513 M), dan Zaenal Abidin (1513-1524 M).     

Metode awal penyiaran islam

Menurut Muhammad Yunus, rupanya oleh pedagang-pedagang Muslim dahulu dipegang teguh ajaran Islam itu, diturut dan diamalkan. Sambil berdagang, mereka menyiarkan agama Islam kepada orang-orang disekelilingnya. Dimana ada kesempatan, mereka berikan pendidikan dan ajaran agama Islam. Bukan saja dengan perkataan, melainkan juga dengan perbuatan.

            Didikan dan ajaran Islam mereka berikan dengan perbuatan, dengan contoh dan suri tauladan. Mereka berlaku sopan santun, ramah tamah, tulus ikhlas, amanah dan menjaga kepercayaan, pengasih dan pemurah, jujur dan adil, menepati janji, serta menghormati adat istiadat anak negeri. Pendeknya, mereka berbudi pekerti yang

 tinggi dan berakhlak mulia. Semua itu berdasarkan cinta dan taat kepada Allah sesuai dengan didikan dan ajaran Islam.

            Proses penyiaran pendidika Islam ini telah berlangsung lama semenjak abad ke-1 H / ke 7 M, sejalan dengan awal masuknya agama Islam, sehingga muncullah komunitas muslim, yang merupakan perbauran (asimilasi) antara masyarakat pendatang (muslim) yang notabennya adalah para pedagang sekaligus da’i dengan masyarakat local (Samudra Pasai).

            Namun, tampaknya proses penyiaran (pendidikan) Islam tersebut kurang berlaku efektif. Terbukti hampir 5 abad lamanya proses penyiaran pendidikan itu berlangsung, --- antara abad ke-7 hingga awal abad ke-13, tetapi belum menuai hasil yang prestisius dan menggembirakan.

            Atas dasar fakta tersebut diatas, diubahlah metode penyiaran pendidikan tersebut, yakni dengan mengadakan pendekatan secara langsung dengan pimpinan masyarakat / atau kepala suku yang dilakukan oleh Syekh Ismail seorang da’i yang diutus langsung oleh seorang Syarif penguasa makalah. Melalui Merah Silu --- yang kenudian setelah beragama Islan bernama Sultan Malik Al Saleh --- inilah Islam mulai berkembang pesat di Samudra Pasai.

b.      Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan yang berlaku pada masa Kerajaan Samudra tentu tidak seperti zaman sekarang ini. Sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu lebih bersifat informal, yang berbentuk majlis taklim dan halaqah. Namun demikian, komponen-komponen pendidikan yang ada pada massa Samudra Pasai pada waktu itu, tidak jauh berbeda dengan komponen-komponen pendidikan yang ada sekarang ini. Hanya saja bentuk dan jenisnya masih sederhana. Namun demikian, secara substansial proses pendidikan dapat berjalan dengan sangat baik. Komponen-komponen pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Pendidik dan peserta didik

Pada saat itu yang menjadi pendidik atau guru adalah mereka para saudagar yang sekaliguus merangkap sebagai da’i yang berasal dari Gujarat dan Timur Tengah. Mereka antara lain adalah Syekh Ismail dan Syekh Sayid Abdul Aziz. Demikian pula

 para Silltan Kerajaan Samuadra Pasai. Mereka ikut mengajarkan dan mennyebarkakn ajaran Islam kepada segenap rakyatnya.

            Adapun peserta didik pada saat itu adalah tidak terbatas usia, melainkan dari segala usia, yakni mulai dari anak-anak hingga dewasa (usia lanjut). Tidak terbatas pada kalangan tertentu, melainlkan dari berbagai kalangan, mulai dari rakyat biasa / jelata sampai dengan sultan atau raja.

2.      Materi Pendidikan

Materi pendidikan Islam yang pertama kali diberikan pada peserta didik adalah “Dua Kalimah Syahadat”. Ucaapan itu dilakukan meskipun dengan bahasa sendiri. Setelah mereka mengucapkan dua kalimah sahadat yang berarti telah masuk Islam barulah mereka diberikan pelajaran selanjutnnya, yaitu menbaca Al-Qur’an, cara melaksanakan shalat dan pada tingkat yang lebih tinggi. Materi yang diajarkan yaitu, pengajian kitab-kitab fiqh yang bermadzhab imam Syafi’i, seperti: takrb, sulam taufiq, bahkan terdapat pula pengajian yang dilakukan secara berkala pada setiap selesain shalat jum’at berupa pengajian kitab-kitab yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu kitab Ihya Ulumuddin, Al Um, dan lain-lain. Materi Al-Qur’an yang diajarkan untuk tingkatan yang sudah bisa membaca huruf Arab adalah berupa pengajian Tafsir Jalalain. Selain materi tersebut, sudah banrang tentu para Syekh mengajarkan tentang Akidah dan Akhlaq.

3.      Tujuan Pendidikan

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada saat itu adalah belajar untuk menuntut ilmu sehingga dapat memahami, menguasai, dan mengamalkan ajaran islam yang sudah diperoleh dari sang guru. Lebih dari itu, mengembangkan ajaran Islam tanpa pamrih. dengan kata lain, tidak berorientasi pada materi, melainkan berorientasi semata-mata menuntut ilmu karena Allah.

4.      Biaya Pendidikan

Mereka belajar dan mengajar semataimaata akhlas karna ingin mendapat ridha dari Allah swt. Mereka belajar untuk menuntut ilmu. Mereka mengajar untuk meningkatkan dan mengembangkan kalimat Allah. Oleh karna itu, tidak mengharapkan imbalan berupa materi. Kendatipun demikian, masyarakat tentu

memahami dan mengerti akan kebutuhan-kebutuhan para Syekh yyang notabennya adalah manusia yang tetap membutuhkan makan dan minum serta tempat untuk berteduh. Oleeh karna itu, secara sukarela masyarakat tentu mengeluarkan berbagai macam hadiah atau pemberian kepada para guru tersebut, terutama dalam bentuk hasil pertanian, jamuan-jamuan dan sebagainya. Yang palling penting lagi adalah bahwa pendidikan pada saat itu dibiayai oleh negara / kerajaan, sehingga masyarakat secara resmi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar guru.

5.      Waktu Dan Tempat Belajar

a.       Tempat belajar

Secara umum, pengajar-pengajar Islam dahulu malaksanakan penyaiaran Islam dimana saja nereka berada, dipinggir kali sambil menanti perahu pengangkut barang, di perjamuan di waktu kenduri, dipa dang rumput tempat gembala ternak, di tempat penimbunan barang dagangan, di pasar-pasar tempat berjual beli, dan lain-lain. Disitulah bmereka memberikan didikan dan ajaran Islam dan disanalah orang-orang menerima didikan dan ajaran Islam. Semuanya dilakukan dengan perkataan secara mudah, snehingga mudah pula orang memperoleh dididkan dan ajaran Islam. Adapun secara khusus tempat-tempat pembelajaran dilakukan dirumah-rumah, masjid, surau, rangkang, dan pendopo istana.

b.      Waktu belajar

            Waktu yang digunakan untuk mempelajari atau mengerjakan pendidikan sesungguhnya tidak mengikat. Karna pendidikan dapat berjalan kapan dan dimana saja. Pendidikan dapat berlangsung pagi hari, siang hari, sore hari atau bahkan malam hari. Namun secara khusus terutama yang terjadi dikalangan kesultanan, waktu-waktu belajar dapat dilakukan sebagai berikuut:

     1.         Siang hari khususnya setelah shalat jum’at

     2.    Sore hari (ba’da ashar)

     3.         Malam haru (ba’da magrub / isya) Adapun metode yang digunakan, khususnya dikalangan istana adalah diskusi.

 

Tidak ada komentar: