Pola Pendidikan Islam Masa Kerajaan Demak
.
Awal penyebaran pendidikan Islam
Pada masa awal penyebaran Islam di wilayah kekuasaan Demak yaitu di akhir abad ke- 15, kondisi masyarakat Jawa pada umumnya sedang dalam keadaan buruk seirirng dengan melemahnya situsi-politikdan ekonomi kerajaan-kerajaan yang
berkuasa saat itu. Kekuasaan Majapahit yang menguasai Jawa sudah diambang kehancuran ketika penyebaran Islam mulai tumbuh. Kehidupan masyarakat juga sangat terpengaruh oleh imbas krisis ekonomi yang dialami kerajaan.
Akhir abad ke-15
memang disebut-sebut sebagai masa akhir kekuasaan Majapahit. Pada masa sulit
ini, pengaruh kerajaan sudah melemah. Pelaksanaan ritual keagamaan (Hindu) pun
sudah semakin jarang dilaksanakan oleh rakyat biasa. Seraya dengan ini, para
pedagang Islam dan guru-guru agama berdatangan dari berbagai daerah. Pendidikan
Islam mulai memainkan perannya. Mula-mula pendidikan Islam disampaikan oleh
para saudagar kepada orang-orang terdekat mereka. Sementara guru-guru membentuk
kelompok pengajiannya di tempatnya masing-masing.
Pada masa awal
perkembangan ini yang menjadi murid pun masih terbatas pada golongan menengah,
kaum pedagang, dan para buruh di Bandar-bandar. Mereka sangat tertarik dengan
Islam karena ajarannya yang tidak mengakui adanya perbedaan keturunan,
golongan, dan suku antar para pemeluknya. Sama rata yang diajarkan islam itu
bagi kaum pedagang dapat menciptakan tata tertetib dan keamanan seraya
menonjolkan kerukunan kaum muslim. Masyarakat Islam pun cepat terbentuk dan
masjid sebagai sarana vital keagamaan mulai didirikan dipusat-pusat kota atas
dukungan masyarakat.
Pada awal
perkembangannya, pendidikan Islam bisa dikatakan berlangsung secara spontan.
Namun, ditengah proses pendidikan yang spontanitas ini usaha intensifikasi
pendidikan sudah dirintis. Adalah sunsn Ampel (w. 1481 M) yang merintis corak
pendidikan Islam yang dilaksanakan secara intensif. Ia mendirikan sebuah
perguruan berupa pesantren yang dibangun di Ampel Denta, Surabaya untuk
menampung para murid yang secara intensif dididik agar menguasai ilmu agama
Islam dan kelak bias menjadi seorang guru agama di daerahny masing-masing.
b.
Masa Perkembangan
1.
Tokoh Pendidikan
Keterpaduan
pihak kerajaan dengan para wali dalam pendidikan Islam selama kurun waktu
setengah abad ini, telah mampu mengislamkan Jawa. Islamisasi Jawa ini lebih
gencar lagi dan lebih terencana dilakukan oleh Sultan Trenggana karena ia
sendiri telah memiliki cita-cita ingin mengislamkan seluruh Jawa. Ia pun
membagi tugas kepada para wali untuk menempati daerah-daerah tertentu dan
memberikan pendidikan Islam kepada masyarakat di tempat itu.
Selain wali
sembilan, terdapat juga seorang wali yang juga berperan dalam pendidikan islam,
yaitu Syeikh Siti Jenar atau dikenal dengan Syekh Lemah Abang. Ia adalah tokoh
controversial karena mengajarkan ajaran-ajaran yang berbeda dengan para wali.
Ajaran yang ia pahami dikenal dengan sebutan manunggaling kawula gusti.
(dalam terminology tasawuf disebut ittihad) yang artinya bersatunya
tubuh hamba (manusia) dengan tuhan.
Selain para wali
sebagai tokoh sentralnya, orang-orang asing (luar jawa, diantaranya dari
Mekkah) beragama islam yang datang ke pesisir Jawa juga telah membantu
penyebaran pendidikan islam. Mereka datang dan tinggal di dekat masjid yang
telah di bangun. Mereka mengajarkan ilmu agama islam kepada masyarakat yang
makin lama makin memperkuat keagamaan mereka.
2.
Sarana Pendidikan
Dalam melakukan
tugas pendidikan islam kepada masyarakat, para wali menggunakan masjid sebagai
sarana pengembangan pendidikan islam. Masjidn Agung Demak adalah Masjid tertua
di pulau Jawa yang menjadi pusat dan lambing kerajaan. Selain sebagai tempat
ibadah, masjid Agung Demak juga digunakan sebagai pusat bertukar pendidikan
Islam.
masyarakat umum,
sementara keluarga kerajaan belajar agama secara langsung dari wali-wali yang
digelari sunan baik di istana maupun di rumah para wali itu.
Bagi para
pencari ilmu yang ingin mempelajari ajaran islam secara intensif, didirikan
pesantren-pesantren yang di kelola oleh para wali atau guru-guru agama.
Pesantren pada saat itu merupakan tempat pendidikan agama yang di huni khusus
oleh kelmpok-kelompok masyarakat yang terpisah dari kelompok lainnya. Pesantren-pesantren
didirikan dilokasi terpisah dari kelompok lainnya. Pesantren-pesantren
didirikan dilokasi tertentu yang khusus di peruntukan untuk perguruan agama, dan
tak jarang jauh di pegunungan.
Tidak ada komentar: